FASE SUB
AKUT DALAM CEDERA OLAHRAGA
Disusun Oleh :
Efran Saputra NIM. 06042681620018
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang membutuhkan tenaga dan
semangat untuk melakukannya. Dengan berolaraga tubuh menjadi sehat dan bugar
sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Seseorang yang rutin berolahraga
akan terhindar dari berbagai penyakit dan badan menjadi bugar.
Orang
yang rutin berolahraga memiliki daya tahan tubuh atau sistem imun yang baik,
dibandingkan dengan orang yang jarang berolahraga. Sehingga terhindar dari
berbagai penyakit yang dapat menyerang tubuh kapanpun. Untuk itu kita harus
menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar.
Dengan
berolahraga dapat menghilangkan rasa malas dan menjadikan tubuh menjadi bugar.
Ketika tubuh bugar dalam melakukan aktivitas sehari – hari, seperti : bekerja,
belajar dan sekolah menjadi ringan dan mudah.
Dalam
dunia olahraga kita tentunya mengenal yang namanya cedera. Cedera merupakan
musuh yang menakutkan bagi para olahragawan. Karena setiap olahragawan atau
atlit dapat menderita cedera yang diakibatkan oleh pergerakan yang salah pada
saat bermain atau berolahraga.
Pada
saat berolahraga atau bermain kita harus hati – hati, agar tidak terjadi salah
gerakan yang mengakibatkan cedera. Cedera ada 2 jenis yaitu : cedera ringan dan
cedera berat. Cedera ringan yaitu cedera yang membutuhkan waktu penyembuhan
sebentar, sedangkan cedera berat yaitu cedera yang membutuhkan waktu
penyembuhan cukup lama dibandingkan dengan cedera ringan.
Cedera
olahraga merupakan segala bentuk kegiatan melampaui batas ambang kemampuan
tubuh sebagai akibat berolahraga. Secara fisiologi cedera olahraga terjadi
akibat ketidak seimbangan antara beban kerja dengan kemampuan jaringan tubuh
yang melakukan aktivitas olahraga. Pada umumnya penyebab terjadinya cedera
olahraga antara lain karena kurang pemanasan, melakukan smash yang salah,
memaksakan kondisi tubuh melampaui batas ambang kemampuan tubuh sebelum
berolahraga terutama pada jelang pertandingan yang menuntut banyak gerakan
eksplosif.
Menurut
wibowo (1995) dalam jamal (2009:1) “Cedera olahraga (sport injury) yaitu segala
macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga
(pertandingan) ataupun sesudah pertandingan”. Yang biasa terkena adalah tulang,
otot, tendo serta ligamentum. Dengan demikian pengetahuan tentang cedera olahraga
berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera olahraga
mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan preventif
(pencegahan).
Biasanya
cara yang efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis
cedera dan mengenalai bagaimana tubuh kita memberi respon terhadap cedera
tersebut. Hal itu juga, dapat memahami tubuh sehingga kita dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan unuk mencegah terjadinya cedera, Untuk mendeteksi suatu
cedera agar tidak menjadi lebih parah, yang dilakukan adalah dengan diberi
penanganan secara profesionalannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu cedera dan penyebabnya ?
2. Apa prinsip cedera sub akut ?
3. Apa saja jenis cedera dan cara penanganannya
cedera ?
C. Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pengertian
cedera, pencegahan cedera dan penyembuhancedera. Agar seseorang dapat meminimalisir
terjadinya cedera dan tahu menangani sedera.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Cedera
Cedera atau luka
adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.Cedera adalah suatu akibat daripada
gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui
kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat
atau jangka lama.Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera
goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut
biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera.
Cara yang lebih efektif
dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan
mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut.
Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu
cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta
pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter)
B. Pengertian Cedera Olahraga
Cedera Olah Raga adalah
cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olah
raga. Cedera Olahraga adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta
bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika
tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau
keterbatasan fisik. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang
cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh
sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang
multidisipliner.
Jenis-jenis cedera olah
raga:
a.Cedera
tulang ,contoh: patah tulang kering atau tulang telapak kaki pada pelari jarak
jauh, disebut juga fatigue fracture.
b.Cedera
otot,Contoh: robekan otot yang sering terjadi pada otot paha bagian depan
(sering terjadi pada sepak bola), atau otot betis (sering terjadi pada tennis)
c.Sendi
,Contoh: pengikat sendi (ligamen) yang teregang berlebihan atau bahkan putus
yang mengakibatkan sendi yang
terkena menjadi tidak stabil
Klasifikasi Cedera
·
.Cedera
ringan atau tingkat I, ditandai dengan adanya robekan yang hanya dapat dilihat
menggunakan mikroskop, dengan keluhan minimal dan hanya sedikit saja atau tidak
mengganggu performa olahragawan yang bersangkutan, misalnya lecet, memar,
sprain ringan
·
Cedera
sedang atau tingkat II, ditandai dengan kerusakan jaringan yang nyata,
nyeri, bengkak, berwarna kemerahan dan panas, dengan gangguan fungsi yang nyata
dan berpengaruh pada performa atlet yang bersangkutan, misalnya: melebarnya
otot dan robeknya ligamen.
·
Cedera
berat atau tingkat III, pada cedera ini terjadi kerobekan lengkap atau hampir
lengkap pada otot, ligamentum dan fraktur pada tulang, yang memerlukan
istirahat total, pengobatannya intensif, bahkan mungkin operasi.
C. Faktor Penyebab Cedera
a. Latihan
Yang Berlebihan , Ini bisa terjadi jika anda memaksa diri untuk berlatih di
luar batas kemampuan diri anda, berlatihlah sesuai dengan kemampuan anda, anda
harus tahu batas kemampuan tubuh anda sendiri.
b. Ketidak
Seimbangan ,Otot Ini bisa terjadi jika salah satu otot lebih kuat daripada otot
lain yang melakukan fungsi yang berlawanan misalnya selain melatih otot Biceps
(Lengan Atas Depan) kita juga harus melatih otot Triceps (Lengan Atas
Belakang), agar kekuatan otot lengan kita berimbang
c. Kurangnya
Pemanasan ,Pemanasan sebelum berolahraga sangat penting, karena ini
membantu untuk kita menjadi tidak kaku/ menambah flexibilitas sehingga bisa
terhindar dari cedera.
d. Metode
Latihan Yang Salah,Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering
dari cedera pada otot dan sendi. Penderita tidak memberikan waktu pemulihan
yang cukup setelah melakukan olah raga atau tidak berhenti berlatih ketika
timbul nyeri. Setiap kali otot tertekan oleh aktivitas yang intensif, latihan
berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan latihan ringan. Hanya
perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap hari tanpa
mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air membantu melindungi otot dan
sendi para perenang.
e. Kelainan
Struktural, Kelainanan struktural atau anatomi tubuh anda yang
dapat memberikan stress tambahan, misalnya kelainan otot, tulang, sendi dll.
Ini bisa karena bawaan darilahirKelainan struktural bisa menyebabkan seseorang
lebih peka terhadap cedera olah raga karena adanya tekanan yang tidak
semestinya pada bagian tubuh tertentu. Misalnya, jika panjang kedua tungkai
tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan
mendapatkan tekanan yang lebih besar.
f. Kelemahan
Otot, Tendon & Ligamen, Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada
kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Tulang
yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur)
D.
Definisi Cedera Sub Akut
Fase sub akut
terjadi 4- 21 pada saat peningkatan beban degenerasi (proses penurunan anatomi
dan fisiologi jaringan) pada jaringan tubuh yang terjadi secara kumulatif
(contoh tendinitis achiles pada pelari jarak jauh).cedara sub akut biasa
dikatakan terjadi ketika cedara itu tidak diobati lebih dari 4 hari sehingga
dokter menvonis cedera itu sudah masuk dalam sub akut.bisa juga cedera itu
sudah lewat dari masa akut tetapi sudah mengalami proses penyembuhan seperti istilah subakut,
yang artinya menurut merriem-webster medical dictionary, terletak antara
akut dan kronis, atau jangka waktu dan keparahannya lebih rendah dari akut.
E.
Prinsip pencegahan
cedera Sub Akut
Diharapkan
ketika terjadi cedera ringan maupun berat agar segera di beri pertolongan jika cedera tersebut termasuk cedera akut
sebaikan dilakukan RICE tetapi ketika cedera tersebut sudah lebih dari masa
akut maka segera harus di bawah ke tindakan medis agar dapat diketahui tindakan
selanjutnya.
F.
Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah
yang harus dipegang teguh. Banyak pencegahan tampaknya biasa- biasa saja, tetapi
masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. Pencegahan
cedera dapat dilakukan dengan berikut:
a.
Pencegahan lewat keterampilan Pencegahan lewat
keterampilan mempunyai bagian yang besar dalam pencegahan cedera itu telah
terbukti, karena penyiapan atlet dan resikonya harus dipikirkan lebih awal.
Untuk itu para atlet sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap tenang.
Dalam meningkatkan atlet tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja
namun termasuk daya pikir membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi
dan mengurangi resiko.Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan
pada atletnya serta, harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedera
timbul.
b.
Pencegahan lewat Fitness Fitness secara terus menerus
mampu mencegah cedera pada atlet baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu
bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
·
Kekuatan
(Strength) Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai
nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang
dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
·
Daya
tahan Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang
baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
·
Pencegahan
lewat makanan Nutrisi yang baik akan mempunyai bagian yang besar dalam mencegah
cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlet sehubungan dengan
latihannya. Atlet harus makan- makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi
tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
·
Pencegahan
lewat lingkungan Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlet
jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik)
dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar
agar tidak membahayakan.
·
Medan
adalah Medan dalam
menggunakan latihan atau
pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik,
keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah
karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak
dan terpenting atlet mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab
cedera.
·
Pencegahan
lewat pakaian adalah Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih
dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian.
Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan
gerakan juga tidak bebas.
·
Pencegahan
lewat pertolongan Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang
sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat
kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera
berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus
kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
·
Implikasi
terhadap pelatih Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official,
tenaga kesehatan dan atletnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa
atletnya memang siap untuk tampil. Bila tidak janganlah mencoba-coba untuk
ditampilkan daripada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu
memikirkan masa depan atlet merupakan faktor yang lebih penting.
G.
Terapi
Cedera Olahraga dilakukan Oleh Medis
1. Terapi emergensi
2. Airway, memastikan tidak ada
sumbatan jalan nafas
3. Breathing, memastikan organ
pernafasan berfungsi baik
4. Circulation, memastikan tidak ada
hambatan dalam sirkulasi darah
5. Disability, memastikan tidak ada
gangguan motorik atau kelumpuhan
Proliferasi
Mulai terjadi proses penyembuhan.
Terjadi 7 – 21 hari.
H.
Proses Penanganan Pada Cedera Olah Raga
a.
Pemeriksaan Anamnesis
- (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cedera.
- (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cedera.
b.
Palpasi dan Inspeksi
- diraba dan dilihat.
- diraba dan dilihat.
c.
Pemeriksaan gerak dasar
-
Pemeriksaan gerak pasif
-
Pemeriksaan gerak aktif.
-
Pemeriksaan gerak isometrik melawan
tahanan.
d.
Diagnosis
-
menentukan daerah mana dan bagian apa yang
mengalami cedera.
e.
Perencanaan
- menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cedera yang dialami.
- menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cedera yang dialami.
f.
Pelaksanaan Pengobatan Evaluasi
- Secara prinsip seperti pula pada cedera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan
- Secara prinsip seperti pula pada cedera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan
G. PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS CEDERA OLAHRAGA
Secara
umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalami kerusakan,
sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya
peradangan.Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin
dan leukotrien. Mediator kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi
pembuluh darah serta penarikan populasi sel sel kekebalan pada lokasi cedera.
Secara fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan.
Proses peradangan ini kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan dengan terjadinya
regenerasi proses kerusakan sel atau jaringan tersebut(Van Mechelen et al. 1992).
Selain berdasarkan tanda dan gejala peradangan, diagnosis ditegakkan
berdasarkan keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan
hasil pemeriksaaan penunjang.
Tanda-tanda radang ada 5, yaitu:
a. Rubor
Rubor
adalah kemerahan,
merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami inflamasi. Saat
reaksi inflamasi timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke
daerah yang mengalami inflamasi. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke
sirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
b. Kalor
Kalor atau
panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat, sebab darah yang memiliki
suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami inflamasi lebih
banyakdari pada ke daerah normal.
c. Tumor
Pembengkakan
atau tumor sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah inflamasi
disebut eksudat meradang.
d. Dolor
Dolor atau rasa nyeri merupakan
akibat dari perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh
tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
e. Fungsiolaesa
Berdasarkan
asal katanya, fungsiolaesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Fungsiolaesa merupakan reaksi inflamasi yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
I.
Proses
Lanjutan Cedera Sub Akut
Pada proses lanjut tanda tanda peradangan
tersebut akan berangsur angsur menghilang. Apabila tanda peradangan awal cukup
hebat, biasanya rasa nyeri (dolor) masih
dirasakan samapai beberapa hari setelah onset cedera Kelemahan fungsi ( functio
leissa) berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan jangakauan gerak juga
sering dijumpai (Stevenson et al. 2000).
BAB
III
KESIMPULAN
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau
jangka lama
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera
goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut
biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali
permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom
ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang
rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu
lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan
sendiri
Cedera Olahraga adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena
olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi
serta bagian lain dari tubuh.
Betway: Review | A Unique Unique Betting Site
BalasHapusWe review Betway and the Betway Casino site. Check our detailed review of the dafabet link site and betway their sign up bonus. Learn more vua nhà cái about the welcome offer.